LAMONGAN - Anggota DPRD Lamongan, Fraksi Gerindra, Anshori mengkritisi kebijakan pemerintah terkait rencana impor beras 1 juta ton yaitu untuk cadangan pemerintah sebanyak 500.000 ton dan untuk kebutuhan Bulog 500.000 ton.
"Kalau kita mengacu kebutuhan pangan secara nasional pada tahun 2020, maka kebutuhan pangan nasional yaitu sekitar 31-32 juta ton. Sedangkan produksi beras tahun 2021 diperkirakan mencapai 30 juta ton, dan sisa stok beras pada tahun 2020 masih ada 6 juta ton, artinya pemerintah tidak perlu impor beras karena masih ada kelebihan ketersedian beras sekitar 4-5 juta ton," ujar pria kelahiran Desa Keben, Kecamatan Turi ini.
Tidak hanya itu, Anshori mengaku miris dengan kebijakan yang mencekik petani tersebut. Dimana kebijakan impor ini tentu akan membawa dampak terkait rusaknya harga padi di kalangan petani.
Sementara jika berkaca di Kabupaten Lamongan, setiap musim panen harga padi selalu anjlok, seperti saat ini yang harganya hanya sekitar Rp. 3.800.
"Tentu dengan harga segitu petani mengalami kerugian, jika dibandingkan dengan biaya tanam, perawatan dan panen, belum lagi petani juga baru terkena dampak kenaikan harga pupuk," tegasnya
Dengan tegas, Anshori sekretaris komisi B menolak keras kebijakan impor beras ini, apalagi di Lamongan mayoritas penduduknya bekerja sebagai petani. Sektor pertanian menjadi penyumbang PDRB terbesar di kota soto, dan produksi padi Lamongan itu tertinggi di Jawa timur dan nomer tiga nasional.
"Kebijakan impor beras tentu sangat di rasakan masyarakat Lamongan. Kami tentu khawatir ke depan petani akan beralih pekerjaan, karena menganggap menjadi petani tidak menguntungkan, padahal kita mengetahui bahwa masyarakat Lamongan mayoritas petani," tandas politisi yang udah tiga duduk jadi anggota DPRD Lamongan ini.
"Sehingga kami meminta langkah tepat yang seharusnya dilakukan oleh pemerintah yaitu salah satunya dengan memaksimalkan penyerapan padi hasil panen petani oleh Bulog. Sekarang musim panen dan informasi stok bulog masih melimpah, jadi tidak perlu melakukan impor beras," pungkasnya
» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA
Pewarta | : M Nur Ali Zulfikar |
Editor | : |
Komentar & Reaksi